2.1.
Pengertian Filsafat
Pengertian filsafat dalam sejarah
perkembangan pemikiran kefilsafatan, antara satu ahli filsafat dengan ahli
filsafat lainnya selalu berbeda, dan hampir sama banyaknya dengan ahli filsafat
itu sendiri. Secara etimologi yang dalam bahasa arab dikenal dengan istilah falsafah
dan dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah philosophy sedangkan dalam
bahasa Yunani filosofi disebut dengan philosophia, yang terdiri atas dua kata: philos (cinta)
atau philia (persahabatan, tertarik kepada), dan shopia (hikmah,
kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan, pengalaman praktis, inteligensi).
Jadi secara etimologi, filsafat berarti cinta kebijaksanaan atau kebenaran.
Kata filsafat pertama kali digunakan oleh Pythagoras (582-496 SM).
Plato mendefinisikan filsafat adalah ilmu
pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran asli (hakiki) dan murni., dan kata
Aristoteles filsafat adalah ilmu pengetahuan yang senantiasa berupaya mencari
prinsip-prinsip dan penyebab-penyeban dari realita yang ada.
Secara umum filsafat berarti upaya
manusia untuk memahami sesuatu secara kritis. Filsafat bukanlah suatu produk,
melainkan proses, proses yang nantinya akan menentukan sesuatu itu dapat
diterima atau tidak. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah
suatu studi atau cara berfikir yang dilakukan secara reflektif atau mendalam
untuk menyelidiki fenomena-fenomena yang terjadi dalam kehidupan dengan
menggunakan alasan yang diperoleh dari pemikiran kritis yang penuh dengan
kehati-hatian. Filsafat didalami tidak dengan melakukan eksperimen-eksperimen,
tetapi dengan menggunakan pemikiran yang mendalam untuk menggungkapkan masalah
secara persis, mencari solusi dengan memberi argumen dan alasan yang tepat.
Aristoteles membagi filsafat kedalam tiga
bidang studi yaitu:
1) Filsafat spekulatif atau teoretis, yakni
suatu cabang filsafat yang bersifat obyektif.
2) Filsafat Praktis, yakni filsafat yang memberi
petunjuk dan pedoman bagi tingkah laku manusia yang baik dan sebagaimana
mestinya, termasuk di dalamnya adalah etika dan politik. Sasaran terpenting
bagi filsafat praktis ini adalah membentuk sikap dan perilaku yang akan
memampukan manusia untuk bertindak dalam terang pengetahuan itu.
3) Filsafat
Produktif, yaitu pengetahuan atau filsafat yang membimbing dan menuntun
manusia menjadi produktif lewat suatu keterampilan khusus. Adapun sasaran utama
yang hendak dicapai lewat filsafat ini adalah agar manusia sanggup menghasilkan
sesuatu.
Surajiyo (2005) membagi cabang filsafat
secara garis besar kedalam dua kelompok, yakni:
a.
Filsafat sistematis, bertujuan dalam pembentukan
dan pemberian landasan pemikiran filsafat. Didalmnya meliputi logika,
metodologi, filsafat ilmu, etika, estetika, metafisika, filsafat ketuhanan,
filsafat manusia, dan kelompok filsafat khusus seperti filsafat sejarah,
filsafat hukum, filsafat komunikasi dan lain-lain.
b.
Sejarah filsafat, bertujuan untuk
menjelaskan bagaiman filsafat itu ada.
2.2. Ilmu Pengetahuan
Sebagai Pengantar Ilmu Filsafat
Jika kita tinjau
hubungan antara filsafat dan ilmu pengetahuan mengalami perkembangan yang
sangat mencolok.pada permulaan sejarah filsafat yunani “philosophia” meliputi
hampir seluruh pemikiran teoritis,tetapi dalam hubungan ilmu pengetahuan di
kemudian hari, ternyata juga kita melihat adanya kecendrungan yang lain,filsafat
yunani kuno yang tadinya merupakan suatu kesatuan kemudian menjadi terpecah pecah ( Bertens,1987 Nochelmans,
1982).
Lebih lanjut
nochelmans 1982 mengemukakan bahwa dengan munculnya ilmu pengetahuan alam pada
abad ke 17maka mulailah terjadi perpisahan antara filsafat dan ilmu
pengetahuan.dengan demiokian dapatlah di kemukakan bahwa sebelum abad ke 17
ilmu pengetahuan sangat identik dengan filsafat.pendapat tersebut juga sejalan
dengan pemikiran Van Peursen (1985),yang mengemukakan bahwa dahulu ilmu
merupakan bagian dari filsafat sehingga defenisi tentang ilmu bergantung pada
sistem filsafat yang di anut.
Dengan demikian
perkembangan ilmu pengetahuan semakin lama semakin maju dengan munculnya ilmu
ilmu baru seperti ilmu filsafat yang pada akhirnya memunculkan pula ilmu-ilmu
baru ke arah ilmu pengetahuan yang lebih khusus lagi. Oleh karena itu tepatlah
apa yang di kemukakan oleh Van Peursen bahwa ilmu pengetahuan dapat di lihat
sebagai suatu sistem yang saling jalin menjalin dan taat atas asas (konsisten)
dari ungkapan ungkapan yang bersifat benar ridaknya yang dapat di tentukan.
2.3. Fenomenologi Pengetahuan Dan
Ilmu Pengetahuan
Terbentuknya pengetahuan manusia karena adanya subjek dan objek. Keduanya
merupakan suatu kesatuan asasi bagi terwujudnya pengetahuan. Dalam sejarah filsafat
pengetahuan dan ilmu pengetahuan terjadi perdebatan tentang mana yang lebih
pokok dan yang lebih dulu. Subjek manusia dengan akal budinya, ataukah objek
kenyataan yang diamati dan dialami di alam semesta ini. Muncul persoalan
pengetahuan, apakah pengetahuan manusia berasal dari akal budi manusia atau
pengalaman manusia akan realitas objektif di alam semesta ini, bersifat
psikologis-subjektif atau objektif-universal, berkaitan dengan struktur
kesadaran subjektif atau kenyataan real yang melekat pada objek dan lepas dari
kesadaran subjektif tiap orang. Supaya terjadi pengetahuan subjek harus terarah
kepada objek, dan sebaliknya objek harus terbuka dan terarah pada subjek.
Pengetahuan adalalah peristiwa yang terjadi dalam diri manusia. Manusia
sebagai subjek pengetahuan memegang peranan penting. Keterarahan manusia
terhadap objek merupakan faktor yang sangat
menentukan bagi munculnya pengetahuan manusia. Pada awalnya melalui unsur
jasmaniah, manusia memperoleh pengetahuan yang bersifat kongkret. Selanjutnya dengan bantuan akal budinya, pengetahuan tersebut
dapat ke tingkat yang lebih tinggi, yaitu abstrak dan universal. Pengetahuan
yang bersifat abstrak umum dan universal tersebut melalui bahasa dapat
dikomunikasikan secara universal, dibakukan, dan diwariskan kemudian diterapkan menjadi pengetahuan baru yang lebih sempurna. Jadi ilmu pengetahuan muncul karena
apa yang sudah diketahui secara spontan dan langsung, disusun dan diatur secara
sistematis dengan menggunakan metode tertentu yang bersifat baku.
Secara metodologis, dalam gejala terbentuknya pengetahuan manusia, dapat
dibedakan antara dua kutub yaitu kutub si pengenal dan kutub yang dikenal, atau antara subjek dan objek. Keduanya tidak bisa
dipisahkan satu sama lain. Supaya ada pengetahuan, keduanya harus ada. Yang
satu tidak pernah ada tanpa yang lainnya. Keduanya merupakan suatu kesatuan
asasi bagi terwujudnya pengetahuan manusia. Hubungan yang demikian ini
menimbulkan perdebatan sepanjang sejarah filsafat pengetahuan dan ilmu
pengetahuan tentang mana yang lebih pokok. Bagaimanapun juga supaya ada
pengetahuan, subjek harus terarah pada objek, dan sebaliknya objek harus
terbuka dan terararah kepada subjek. Saling terbuka antara subjek dan objek,
bertujuan untuk saling mengenal dan mengetahui sebagaimana adanya satu sama
lain.
Pengetahuan adalah peristiwa yang terjadi dalam diri manusia. Pengetahuan
itu hanya mungkin terwujud kalau manusia sendiri adalah bagian dari objek, dari
realiras di dalam semesta ini.
Pengetahuan manusia tidak hanya berkaitan dengan objek konkret khusus yang
dikenalnya melalui pengamatan indranya, melainkan juga melalui itu dimungkinkan
untuk sampai pada pengetahuan abstrak tentang berbagai objek lain yang secara
teoristis dapat dijangkau oleh akal budi manusia, dan karena itu berlaku umum
bagi objek mana saja yang bisa dijangkau akal
budi manusia pada tempat dan waktu mana pun.
Ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang muncul dari
pengetahuan manusia yang pada dasarnya sudah ada, dan bersifat spontan kemudian disusun dan diatur
secarra sistematis dengan menggunakan metode tertentu.
Dalam ilmu pengetahuan selalu ada tradisi, prosedur yang lazim,dan ada cara kerja baku
yang tak dapat disangkal. Ilmu pengetahuan benar-benar masuk akal,yang dapat
diterima atau dikritik oleh semua orang yang dapat menggunakan akalnya karena
pada tingkat ini semua orang tentunya ingin menuntut pembuktian dan
pertanggungjawaban atas kebenaran ilmu tersebut.
Ilmu pengetahuan mempunyari 3 ciri,yaitu :
·
Rasional (dapat
dimengerti,harus logis,terbuka bagi kritik)
·
Metodis (memakai metode)
·
Sistematis ( dapat memberikan
suatu uraian yang menyeluruh)
2.4. Filsafat Pengetahuan dan ilmu pengetahuan
1. Filsafat pengetahuan
Filsafat pengetahuan berkaitan dengan upaya mengkaji segala sesuatu yang
berkaitan dengan pengetahuan manusia pada umumnya, terutama menyangkut masalah pengetahuan dan sumber
pengetahuan manusia, misalnya tentang:
·
Bagaimana manusia bisa tahu?
·
Apakah manusia bisa sampai pada
pengetahuan yang bersifat pasti?
·
Apakah pengetahuan yang pasti itu
mungkin?
·
Apa artinya mengetahui sesuatu?
·
Bagaimana manusia bisa tahu bahwa
ia tahu?
·
Darimana asal dan sumber
pengetahuan manusia itu?
·
Apakah pengetahuan sama dengan
keyakinan?
·
Di mana letak perbedaannya?
2.Filsafat Ilmu Pengetahuan
Filsafat ilmu pengetahuan adalah Cabang filsafat yang mempersoalkan dan mengkaji segala persoalan yang berkaitan dengan Ilmu pengetahuan. Tugas filsafat ilmu pengetahuan adalah membuka pikiran kita untuk mempelajari proses yang logis dan imajinatif. Dalam cara kerja ilmu pengetahuan juga membicarakan tentang hubungan antara ilmu pengetahuan dan masyarakat.
Manfaat dari mempelajari filsafat ilmu pengetahuan bagi mahasiswa , terbagi atas 3, yaitu di antaranya :
Filsafat ilmu pengetahuan adalah Cabang filsafat yang mempersoalkan dan mengkaji segala persoalan yang berkaitan dengan Ilmu pengetahuan. Tugas filsafat ilmu pengetahuan adalah membuka pikiran kita untuk mempelajari proses yang logis dan imajinatif. Dalam cara kerja ilmu pengetahuan juga membicarakan tentang hubungan antara ilmu pengetahuan dan masyarakat.
Manfaat dari mempelajari filsafat ilmu pengetahuan bagi mahasiswa , terbagi atas 3, yaitu di antaranya :
1. Sebagai mata kuliah
filsafat, mahasiswa di tuntut semakin kritis dalam sikap ilmiah nya terhadap
berbagai macam teori dan pengetahuan ilmiah yang di peroleh baik di ruang
kuliah maupun berbagai sumber yang di dapat. Di tuntut untuk tidak mudah
percaya, tidak menerima begitu saja teori, pendapat, dan pandangan. Disini mahasiswa
diajak untuk menjadi orang yang filsuf, yang selalu meragukan dan
mempertanyakan apa saja.
2. Dengan menggunakan mata kuliah ini mahasiswa di
harapkan mengembangkan kemampuan . Mahasiswa di ajak secara kritis melihat segala
sesuatu dalam hidup sebagai sebuah masalah, sebuah teka teki, maupun juga sebuah pertanyaan. Pada tingkat
kedua, mahasiswa terdorong berupaya mencari secara ilmiah teoretis yang menjadi
sebab masalah tersebut dan apa yang menjadi penyebabnya.
3. Membantu kerja mahasiswa di kemudian hari. Dengan mempelajari
filsaat ilmu pengetahuan mahasiswa akan di permudah cara kerjanya kelak,
sebagai tenaga kesehatan, polisi, dan bidang bidang lainnya. Dalam hal ini filsafat ilmu pengetahuan
dibutuhkan demi memecahkan persoalan secara rasional dan tuntas. Karena hal
pertama yang di lihat pada seseorang yang profesional adalah kemampuannya dalam
melihat masalah : dimana letaknya, seberapa besar masalah tersebut, apa
dampaknya, dan bagaimana mengatasinya.
HUBUNGAN
FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN
Apakah
hubungan antara filsafat dengan ilmu pengetahuan? Oleh Louis Kattsoff
dikatakan: Bahasa yang pakai dalam filsafat dan ilmu pengetahuan dalam beberapa
hal saling melengkapi. Hanya saja bahasa yang dipakai dalam filsafat mencoba
untuk berbicara mengenai ilmu pengetahuan, dan bukannya di dalam ilmu pengetahuan.
Namun, apa yang harus dikatakan oleh seorang ilmuwan mungkin penting pula bagi
seorang filsuf. Pada bagian lain dikatakan: Filsafat dalam usahanya mencari
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan pokok yang kita ajukan harus memperhatikan
hasil-hasil ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan dalam usahanya menemukan rahasia
alam kodrat haruslah mengetahui anggapan kefilsafatan mengenai alam kodrat
tersebut.
Filsafat
mempersoalkan istilah-istilah terpokok dari ilmu pengetahuan dengan suatu cara
yang berada di luar tujuan dan metode ilmu pengetahuan. Dalam hubungan ini, Harold H. Titus menerangkan:
Ilmu pengetahuan mengisi filsafat dengan sejumlah besar materi yang faktual dan
deskriptif, yang sangat perlu dalam pembinaan suatu filsafat. Para filsuf
terlatih di dalam metode ilmiah, dan sering pula menuntut minat khusus dalam beberapa
ilmu sebagai berikut:
1)
Historis, mula-mula filsafat identik dengan ilmu pengetahuan, sebagaimana juga filsuf
identik dengan ilmuwan.
2)
Objek material ilmu adalah alam dan manusia. Sedangkan objek material filsafat
adalah alam, manusia dan ketuhanan.
PERBEDAAN FILSAFAT DENGAN ILMU LAIN.
1) Ilmu
Filsafat menyelidiki, membahas, serta memikirkan seluruh alam kenyataan, dan
menyelidiki bagaimana hubungan kenyataan satu sama lain. Jadi ia memandang satu
kesatuan yang belum dipecah-pecah serta pembahasanya secara kesuluruhan.
Sedangkan ilmu-ilmu lain menyelidiki
hanya sebagian saja dari alam ini, misalnya ilmu hayat membicarakan tentang
hewan, tumbuh-tumbuhan dan manusia; ilmu bumi membicarakan tentang kota, sungai,
hasil bumi dan sebagainya.
2)
Filsafat tidak saja menyelidiki tentang sebab-akibat, tetapi menyelidiki
hakikatnya sekaligus. Sedangkan ilmu vak membahas tentang sebab dan akibat suatu
peristiwa.
3) Dalam pembahasannya filsafat menjawab apa ia sebenarnya,
dari mana asalnya, dan hendak ke mana perginya. Sedangkan ilmu vak
harus menjawab
pertanyaan bagaimana dan apa sebabnya. Sebagian orang menganggap bahwa filsafat
merupakan ibu dari ilmu-ilmu vak. Alasannya ialah bahwa ilmu vak sering
menghadapi kesulitan dalam menentukan batas-batas lingkungannya masing-masing.
Misalnya batas antara ilmu alam dengan ilmu hayat, antara sosiologi dengan
antropologi dan ilmu ilmu lainnya. Ilmu-ilmu
itu dengan sendirinya sukar menentukan batas-batas masing-masing. Suatu
instansi yang lebih tinggi, yaitu ilmu filsafat, itulah yang mengatur dan
menyelesaikan hubungan dan perbedaan batas-batas antara ilmu-ilmu vak tersebut.
Demikian filsafat mempunyai metode dan sistem
sendiri dalam usahanya untuk mencari hakikat dari segala sesuatu, dan yang
dicari ialah sebab-sebab yang terdalam. Ilmu-ilmu pengetahuan dirinci menurut
lapangan atau objek dan sudut pandangan. Objek dan sudut pandangan filsafat
disebut juga dalam definisinya, yaitu "segala sesuatu". Lapangan
filsafat sangat jelas; ia meliputi segala apa yang ada. Pertanyaan-pertanyaan
kita itu mengenai kesemuanya yang ada, tak ada yang dikecualikan. Hal-hal yang
tidak lumrah pun (seperti jiwa manusia,
kebaikan, kebenaran) juga dipersoalkan.
filsafat dapat merumuskan hukum-hukum yang berlaku secara umum bagi setiap orang, terserah agama
mana yang dianutnya. Akan tetapi, ini pun kelemahan filsafat: jika hanya
filsafat saja yang cukup dipakai sebagai pegangan hidup, pandangan hidup, maka
ini tidak cukup, sebab banyak pertanyaan yang tidak dapat dijawab dengan 100%
memuaskan oleh filsafat, sedangkan filsafat sendiri dalam usahanya mencari
hakikat dari seluruh kenyataan menunjuk kepada Tuhan sebagai sumber terakhir dan
sebab pertama. (Jadi, sebetulnya filsafat dan agama tidak bertentangan, tetapi
saling melengkapi).
2.5. FOKUS FILSAFAT ILMU
PENGETAHUAN
Ilmu pengetahuan merupakan karya yang logis dan imajinatif. Tanpa imajinasi dan logika dari seseorang, sesuatu gagasan besar tentang heliosentrisme tidak akan muncul. Begitu juga halnya jika kita berbicara tentang ilmuan-ilmuan lain. Metode-metode ilmu pengetahuan adalah metode-metode yang logis karena ilmu pengetahuan mempraktekan logika. Namun selain logika temuan-temuan dalam ilmu pengetahuan dimungkinkan oleh budi manusia yang terbuka pada realitis. Keterbukaan budi manusia pada realitas itu kita sebut imajinasi. Maka logika dan imajinasi merupakan dua dimensi penting dari seluruh cara kerja ilmu pengetahuan.
Ilmu pengetahuan merupakan karya yang logis dan imajinatif. Tanpa imajinasi dan logika dari seseorang, sesuatu gagasan besar tentang heliosentrisme tidak akan muncul. Begitu juga halnya jika kita berbicara tentang ilmuan-ilmuan lain. Metode-metode ilmu pengetahuan adalah metode-metode yang logis karena ilmu pengetahuan mempraktekan logika. Namun selain logika temuan-temuan dalam ilmu pengetahuan dimungkinkan oleh budi manusia yang terbuka pada realitis. Keterbukaan budi manusia pada realitas itu kita sebut imajinasi. Maka logika dan imajinasi merupakan dua dimensi penting dari seluruh cara kerja ilmu pengetahuan.
Tak pernah ada imajinasi tanpa logika
dalam ilmu pengetahuan. Keduanya akan berjalan bersamaan. Namun pendekatan
pertama tidaklah cukup. Ilmu pengetahuan telah berkembang sebagai bagian dari
hidup kita sebagai manusia dalam masyarakat. Dengan alasan itu, filsafat ilmu
pengetahuan perlu mengarahkan diri selain kepada pembicaraan tentang masalah
ilmu pengetahuan, juga harus berbicara tentang hubungan antara ilmu
pengetahuan dan masyarakat.