Selasa, 11 November 2014

Reading Course V

F. Manfaat Belajar Filsafat Ilmu Pengetahuan

       Dengan mempelajari filsafat pengetahuan dan ilmu pengetahuan, khususnya cara kerja ilmu pengetahuan. Seseorang akan memperoleh manfaat yang besar sekali bagi kerjanya kelak di kemudian hari sebagai polisi, ahli hukum, wartawan, teknisi, ataupun sebagai manajer karena pekerjaan-pekerjaan ini - dan semua pekerjaan lainnya – pada dasarnya berkaitan dengan upaya memecahkan masalah tertentu. Inilah yang dipelajari dalam kaitan dengan filsafat ilmu pengetahuan. Yang terutama di pelajari dalam masing-masing ilmu adalah kemampuan teknis dalam masing-masing ilmu untuk memecahkan persoalan dari sudut ilmu masing-masing, sedangkan filsafat ilmu pengetahuan lebih melatih mahasiswa untuk mampu melihat masalah, mampu melihat sebabnya, apa akibatnya, dan apa solusinya.
          Ilmu pengetahuan tidak hanya bersifat puritan-elitis, melainkan juga pragmatis. Dalam pengertian, ilmu pengetahuan tidak hanya berhenti sekedar memuaskan rasa ingin tahu manusia. Melainkan juga bermaksud membantu manusia untuk memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi manusia dalam hidupnya.
G. Ruang Lingkup Dan Kedudukan Filsafat Ilmu

 Ruang lingkup dalam bidang filsafat mencakup dua pokok bahasan yaitu, sifat ilmu pengetahuan dan  cara-cara mengusahakan pengetahuan ilmiah. Filsafat ilmu dikolompokan menjadi dua, yaitu :
1.   Filsafat ilmu umum
Kelompok ini mencakup kajian tentang persoalan kesatuan, keseragaman, serta hubungan diantara segenap ilmu.
2.   Filsafat ilmu khusus
Kelompok ini membahas tentang kategori serta metode yang digunakan pada ilmu tertentu.
Filsafat ilmu dapat pula dikelompokan berdasarkan model pendekatan, yaitu :
1.      Filsafat ilmu terapan
Yaitu filsafat ilmu yang mengkaji pokok pikiran yang melatarbelakangi pengetahuan normatif ilmu.
2.      Filsafat ilmu murni
Yaitu bentuk kajian filsafat yang menelaah  secara kritis dan eksploratif terhadap materi kefilsafatan dan membuka kemungkinan berkembangnya ilmu baru.

H. Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan

        Pemikiran filsafati banyak dipengaruhi oleh lingkungan. Namun pada dasarnya filsafat baik di Barat, India, dan Cina muncul dari yang sifatnya religius. Tema yang pokok di filsafat Cina adalah masalah perikemanusiaan (jen). Pembagian secara periodisasi filsafat India adalah periode Weda, Wiracarita, Sutra-sutra, dan Skolastik. Dalam filsafat India yang penting adalah bagaimana manusia bisa berteman dengan dunia bukan untuk menguasai dunia. Adapun pada Filsafat Islam hanya ada dua periode, yaitu periode Mutakallimin dan periode filsafat Islam. Untuk sejarah perkembangan ilmu pengetahuan di sini pembahasan mengacu ke pemikiran filsafat di Barat.
Periode filsafat Yunani merupakan periode sangat penting dalam sejarah poradaban manusia karena pada waktu itu terjadi perubahan pola pikir manusia darimite-mite menjadi yang lebih rasional. Pola pikir mite-mite adalah pola pikir masyarakat yang sangat mengandalkan mitos untuk menjelaskari fenomena alam,
Jadi, perkembangan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini tidak langsung secara mendadak, melainkan terjadi secara bertahap, evolutif. untuk memahami sejarah perkembangan ilmu mau tidak mau harus melalui pembagian atau klasifikasi secara periodik; karena setiap periode menampilkan ciri khas tertentu dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Perkembangan pemikiran secara teoritis senantiasa mengacu kepada peradaban Yunani. Periodesasi perkembangan ilmu di sini dimulai dari peradaban Yunani dan diakhiri pada kontemporer.(Drs.Surajiyo ;hal 80)

I.                Landasan Penelaahan Ilmu

Landasan pokok dalam penelaahan ilmu bertumpu pada tiga cabang filsafat, yaitu ontologi, epistimologi dan aksiologi. Landasan ontologi berkaitan dengan pemahaman seseorang tentang kenyataan, landasan epistemologi memberikan pemahaman tentang sumber dan sarana pengetahuan manusia sedangkan landasan aksiologi yang memberikan suatu pemahaman tentang nilai hubungan kualitas obyek dengan subyek (ilmuan) .
1. Landasan Ontologi
Ontologi adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang yang ada. Dalam kaitannya dengan ilmu, landasan ontologi mempertanyakan tentang objek apa yang ditelaah ilmu, bagaimana wujud hakiki dari objek tersebut .
2. Landasan Epistimologi
Epistimologi adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang asal muasal, sumber, metode, struktur dan validitas atau kebenaran pengetahuan.
3. Landasan Aksiologi
Aksiologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang nilai secara umum. Sebagai landasan ilmu.

J.  Sarana Berfikir Ilmiah Dalam Filsafat
 Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah untuk memungkinkan kita melakukan penelaahan ilmiah secara baik, sedangkan tujuan mempelajari ilmu dimaksudkan untuk mendapatkan pengehahuan yang memungkinkan untuk bisa memecahkan masalah sehari-hari. Ditinjau dari pola berfikirnya, maka maka ilmu merupakan gabungan antara pola berfikir deduktif dan berfikir induktif, untuk itu maka penalaran ilmiah menyadarkan diri kepada proses logika deduktif dan logika induktif .Penalaran ilmiah mengharuskan kita menguasai metode penelitian ilmiah yang pada hakekatnya merupakan pengumpulan fakta untuk mendukung atau menolak hipotesis yang diajukan. Kemampuan berfikir ilmiah yang baik harus didukung oleh penguasaan sarana berfikir ini dengan baik pula. Salah satu langkah kearah penguasaan itu adalah mengetahui dengan benar peranan masing-masing sarana berfikir tersebut dalam keseluruhan berfikir ilmiah tersebut. Untuk dapat melakukan kegiatan ilmiah dengan baik, maka diperlukan sarana yang berupa bahasa, logika, matematika dan statistik.
Pengertian Sarana Berfikir Ilmiah Menurut Para Ahli :
1.    Menurut Salam (1997:139): Berfikir ilmiah adalah proses atau aktivitas manusia untuk menemukan/mendapatkan ilmu. Berfikir ilmiah adalah proses berpikir untuk sampai pada suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan.
2.    Menurut Jujun S.Suriasumantri. Berpikir merupakan kegiatan akal untuk memperoleh pengetahuan yang benar. Berpikir ilmiah adalah kegiatan akal yang menggabungkan induksi dan deduksi.

3.    Menurut Kartono (1996, dalam Khodijah 2006:118). Berpikir ilmiah, yaitu berpikir dalam hubungan yang luas dengan pengertian yang lebih komplek disertai pembuktian-pembuktian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar