TEORI-TEORI
TENTANG PENGETAHUAN
A. Pengetahuan
dan Keyakinan
Pengetahuan tidak sama dengan keyakinan karena
keyakinan bisa saja keliru, tetapi sah saja dianut sebagai keyakinan. Salah
satu syarat untuk mengatakan bahwa seseorang mengetahui sesuatu adalah bahwa
apa yang diklaimnya sebagai yang diketahui dalam kenyataannya memang demikian
adanya. Dengan kata lain, pengetahuan selalu mengandung kebenaran. Apa yang
diketahui harus benar, yaitu harus ditunjang oleh bukti-bukti berupa acuan pada
fakta, saksi, memori, catatan historis, dsb. Selain itu ada pula istilah
proposisi atau hipotesis yang merupakan pernyataan yang mengungkapkan apa yang
diketahui dan atau diyakini sebagai benar yang perlu dibuktikan lebih lanjut.
B.
Sumber
Pengetahuan Rasionalisme dan Empirisme
· Rasionalisme
Aliran ini berpendapat bahwa sumber pengetahuan yang
mencukupi dan yang dapat dipercaya oleh akal sehat. Dalam rangka kerjanya,
aliran ini mendasarkan diri pada cara kerja deduktif dalam menyusun
pengetahuannya. Premis-premis yang digunakan dalam membuat rumusan keilmuwan
harus jelas dan dapat diterima. Aliran atau paham ini sering juga disebut sebagai
idealism atau realism.
· Empirisme
Aliran ini berpendapat bahwa empiris atau
pengalamanlah yang menjadi sumber pengetahuan, baik pengalaman yang batiniah
maupun yang lahiriah. Aliran ini menutupi kelemahan dari aliran rasional yang
hanya mengandalkan akal dalam membentuk pengetahuan. Metode yang digunakan
adalah induksi. Aliran ini menganggap
bahwa pengetahuan manusia hanya didapatkan dari pengalaman yang konkret, dan
bukan dari penalaran yang abstrak.
C.
Kebenaran Ilmiah
Salah satu pokok yang fundamental dan senantiasa
aktual dalam pergumulan hidup manusia merupakan upaya mempertanyakan dan
membahasakan kebenaran. Kebenaran boleh dikata merupakan tema yang tak pernah
tuntas untuk diangkat ke ranah akal (dan batin) manusia. Kebenaran menurut arti
leksikalnya adalah keadaan (hal) yang cocok dengan keadaan (hal) yang
sesungguhnya. Itu berarti kebenaran merupakan tanda yang dihasilkan oleh
pemahaman (kesadaran) yang menyatu dalam bahasa logis, jelas dan terpilah-pilah
(Bagus, 1991:86).
Kebenaran ilmiah tidak bisa dilepaskan dari makna
dan fungsi ilmu itu sendiri sejauh mana dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh
manusia. Kebenaran ditemukan dalam pernyataan-pertanyaan yang sah, dalam
ketidak-tersembunyian (aleteia). Kebenaran adalah kesatuan dari pengetahuan
dengan yag diketahui, kesatuan subjek dengan objek, dan kesatuan kehendak dan
tindakan. Kebenaran sering dianggap sebagai sesuatu yang harus “ditemukan” atau
direbut melalui pembedaan antara kebenaran dengan ketidakbenaran.
D.
Masalah
Kepastian dan Falibilisme Moderat
Dalam empat macam kebenaran, melahirkan 2 pandangan
yang berbeda, yaitu pandangan kaum rasionalis yang menekankan kebenaran
logis-rasional, dan pandangan kaum empirisis yang menekankan kebenaran empiris.
Kebenaran kaum rasionalis bersifat sementara,
terlepas dari seberapa tinggi tingkat kepastiannya karena kebenaran sebagai
keteguhan dari suatu pernyataan atau kesimpulan sangat tergantung pada
kebenaran teori atau pernyataan lain. padahal, teori atau pernyataan lain sangat
mungkin salah.
Sedangkan kaum empirisis tidak pernah berpretensi
untuk menghasilkan suatu pengetahuan yang pasti benar tentang alam. Bagi
mereka, ilmu pengetahuan tidak memiliki ambisi seperti iman dalam agama. Ilmu
pengetahuan tudak akan pernah memberikan suatu formulasi final dan absolut
tentang seluruh universum = falibilisme.
Falibilisme beranggapan bahwa kendati pengetahuan
ilmiah merupakan pengetahuan yang paling baik yang dapat kita miliki.
E.
Ilmu
Teknologi dan Kebudayaan.
Apabila kebudayaan adalah hasil karya manusia, maka
ilmu sebagai hasil akal pikir manusia juga merupakan kebudayaan. Namun ilmu
dapat dikatakan sebagai hasil akhir dalam perkembangan mental manusia dan dapat
dianggap sebagai hasil yang paling optimal dalam kebudayaan manusia.
Ilmu adalah bagian dari pengetahuan.Untuk
mendapatkan ilmu diperlukan cara-cara
tertentu, memerlukan suatu metode dan mempergunakan sistem, mempunyai obyek formal dan obyek material. Karena
pengetahuan adalah unsur dari kebudayaan, maka ilmu yang merupakan bagian dari
pengetahuan dengan sendiriya juga merupakan salah satu unsur kebudayaan
(Daruni, 1991).
Selain ilmu merupakan unsur dari kebudayaan, antara
ilmu dan kebudayaan ada hubungan pengaruh timbal-balik. Perkembangan ilmu
tergantung pada perkembangan kebudayaan, sedangkan perkembangan ilmu dapat memberikan pengaruh
pada kebudayaan. Keadaan sosial dan kebudayaan, saling tergantung dan saling
mendukung. Pada beberapa kebudayaan, ilmu dapat
berkembang dengan subur. Disini ilmu mempunyai peran ganda yakni:
1. Ilmu
merupakan sumber nilai yang mendukung
pengembangan kebudayaan.
2. Ilmu
merupakan sumber nilai yang mengisi pembentukan watak bangsa.
F.
Etika
Keilmuan
Setiap aspek kehidupan memiliki etika yang harus
ditaati, demikian pula dalam kehidupan ilmiah memiliki etika yang biasa disebut
dengan nama ”etika keilmuan” yang mencakup tentang nilai-nilai yang baik maupun
yang buruk, dan mengenai hak serta kewajiban bagi seorang ilmuwan atau
mahasiswa. Oleh karena itu kami menyusun makalah ini agar kita mampu memahami
tentang etika keilmuan dan menerapkannya dalam kehidupan sosial terutama bagi
kita sebagai seorang mahasiswa yang diharuskan mampu memahami dan menerapkan
suatu ilmu dengan tepat. Ada beberapa sikap yang mesti dimiliki seorang
ilmuwan, yakni etika, moral, norma, kesusilaan, dan estetika. Sikap-sikap ini
akan mencerminkan kepribadian seorang ilmuwan. Jika sikap-sikap di atas tidak
dimiliki, kendati seseorang itu memiliki ilmu yang sangat tinggi, “derajatnya”
akan dipandang rendah oleh masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar