Selasa, 11 November 2014

Reading Course VII

TEORI-TEORI TENTANG PENGETAHUAN

A.     Pengetahuan dan Keyakinan

Pengetahuan tidak sama dengan keyakinan karena keyakinan bisa saja keliru, tetapi sah saja dianut sebagai keyakinan. Salah satu syarat untuk mengatakan bahwa seseorang mengetahui sesuatu adalah bahwa apa yang diklaimnya sebagai yang diketahui dalam kenyataannya memang demikian adanya. Dengan kata lain, pengetahuan selalu mengandung kebenaran. Apa yang diketahui harus benar, yaitu harus ditunjang oleh bukti-bukti berupa acuan pada fakta, saksi, memori, catatan historis, dsb. Selain itu ada pula istilah proposisi atau hipotesis yang merupakan pernyataan yang mengungkapkan apa yang diketahui dan atau diyakini sebagai benar yang perlu dibuktikan lebih lanjut.

B.    Sumber Pengetahuan Rasionalisme dan Empirisme

·       Rasionalisme
Aliran ini berpendapat bahwa sumber pengetahuan yang mencukupi dan yang dapat dipercaya oleh akal sehat. Dalam rangka kerjanya, aliran ini mendasarkan diri pada cara kerja deduktif dalam menyusun pengetahuannya. Premis-premis yang digunakan dalam membuat rumusan keilmuwan harus jelas dan dapat diterima. Aliran atau paham ini sering juga disebut sebagai idealism atau realism.

·       Empirisme
Aliran ini berpendapat bahwa empiris atau pengalamanlah yang menjadi sumber pengetahuan, baik pengalaman yang batiniah maupun yang lahiriah. Aliran ini menutupi kelemahan dari aliran rasional yang hanya mengandalkan akal dalam membentuk pengetahuan. Metode yang digunakan adalah induksi.  Aliran ini menganggap bahwa pengetahuan manusia hanya didapatkan dari pengalaman yang konkret, dan bukan dari penalaran yang abstrak.

C.     Kebenaran Ilmiah

Salah satu pokok yang fundamental dan senantiasa aktual dalam pergumulan hidup manusia merupakan upaya mempertanyakan dan membahasakan kebenaran. Kebenaran boleh dikata merupakan tema yang tak pernah tuntas untuk diangkat ke ranah akal (dan batin) manusia. Kebenaran menurut arti leksikalnya adalah keadaan (hal) yang cocok dengan keadaan (hal) yang sesungguhnya. Itu berarti kebenaran merupakan tanda yang dihasilkan oleh pemahaman (kesadaran) yang menyatu dalam bahasa logis, jelas dan terpilah-pilah (Bagus, 1991:86).
Kebenaran ilmiah tidak bisa dilepaskan dari makna dan fungsi ilmu itu sendiri sejauh mana dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh manusia. Kebenaran ditemukan dalam pernyataan-pertanyaan yang sah, dalam ketidak-tersembunyian (aleteia). Kebenaran adalah kesatuan dari pengetahuan dengan yag diketahui, kesatuan subjek dengan objek, dan kesatuan kehendak dan tindakan. Kebenaran sering dianggap sebagai sesuatu yang harus “ditemukan” atau direbut melalui pembedaan antara kebenaran dengan ketidakbenaran.

D.    Masalah Kepastian dan Falibilisme Moderat

Dalam empat macam kebenaran, melahirkan 2 pandangan yang berbeda, yaitu pandangan kaum rasionalis yang menekankan kebenaran logis-rasional, dan pandangan kaum empirisis yang menekankan kebenaran empiris.
Kebenaran kaum rasionalis bersifat sementara, terlepas dari seberapa tinggi tingkat kepastiannya karena kebenaran sebagai keteguhan dari suatu pernyataan atau kesimpulan sangat tergantung pada kebenaran teori atau pernyataan lain. padahal, teori atau pernyataan lain sangat mungkin salah.
Sedangkan kaum empirisis tidak pernah berpretensi untuk menghasilkan suatu pengetahuan yang pasti benar tentang alam. Bagi mereka, ilmu pengetahuan tidak memiliki ambisi seperti iman dalam agama. Ilmu pengetahuan tudak akan pernah memberikan suatu formulasi final dan absolut tentang seluruh universum = falibilisme.
Falibilisme beranggapan bahwa kendati pengetahuan ilmiah merupakan pengetahuan yang paling baik yang dapat kita miliki.

E.    Ilmu Teknologi dan Kebudayaan.

Apabila kebudayaan adalah hasil karya manusia, maka ilmu sebagai hasil akal pikir manusia juga merupakan kebudayaan. Namun ilmu dapat dikatakan sebagai hasil akhir dalam perkembangan mental manusia dan dapat dianggap sebagai hasil yang paling optimal dalam kebudayaan manusia.
Ilmu adalah bagian dari pengetahuan.Untuk mendapatkan ilmu diperlukan  cara-cara tertentu, memerlukan suatu metode dan mempergunakan sistem, mempunyai  obyek formal dan obyek material. Karena pengetahuan adalah unsur dari kebudayaan, maka ilmu yang merupakan bagian dari pengetahuan dengan sendiriya juga merupakan salah satu unsur kebudayaan (Daruni, 1991).
Selain ilmu merupakan unsur dari kebudayaan, antara ilmu dan kebudayaan ada hubungan pengaruh timbal-balik. Perkembangan ilmu tergantung pada perkembangan kebudayaan, sedangkan  perkembangan ilmu dapat memberikan pengaruh pada kebudayaan. Keadaan sosial dan kebudayaan, saling tergantung dan saling mendukung. Pada beberapa kebudayaan, ilmu dapat  berkembang dengan subur. Disini ilmu mempunyai  peran ganda yakni:
1.      Ilmu merupakan sumber nilai yang mendukung  pengembangan  kebudayaan.
2.      Ilmu merupakan sumber nilai yang mengisi pembentukan watak bangsa.

F.     Etika Keilmuan

Setiap aspek kehidupan memiliki etika yang harus ditaati, demikian pula dalam kehidupan ilmiah memiliki etika yang biasa disebut dengan nama ”etika keilmuan” yang mencakup tentang nilai-nilai yang baik maupun yang buruk, dan mengenai hak serta kewajiban bagi seorang ilmuwan atau mahasiswa. Oleh karena itu kami menyusun makalah ini agar kita mampu memahami tentang etika keilmuan dan menerapkannya dalam kehidupan sosial terutama bagi kita sebagai seorang mahasiswa yang diharuskan mampu memahami dan menerapkan suatu ilmu dengan tepat. Ada beberapa sikap yang mesti dimiliki seorang ilmuwan, yakni etika, moral, norma, kesusilaan, dan estetika. Sikap-sikap ini akan mencerminkan kepribadian seorang ilmuwan. Jika sikap-sikap di atas tidak dimiliki, kendati seseorang itu memiliki ilmu yang sangat tinggi, “derajatnya” akan dipandang rendah oleh masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar